Konflik geopolitik yang pecah antara India dan Pakistan di wilayah perbatasan, memunculkan kekhawatiran terhadap potensi penurunan permintaan batu bara dari Indonesia.
Perang India dan Pakistan semakin memanas. Terakhir, Pakistan melakukan serangan balasan atas Operasi Sindoor yang dilakukan India pada Rabu (7/5). Operasi balasan ini disebut Operasi Bunyan Un Marsoos.
Ketua Indonesian Mining Institute, Irwandy Arif, mengatakan India salah satu pengimpor terbesar batu bara dari Indonesia. India saat ini juga sedang mengembangkan tambang-tambang batu bara untuk pasokan PLTU.
"Perang India dan Pakistan, yang tentunya akan menyedot anggaran pemerintah India bila perang berlanjut ke depan dan agak lama, punya pengaruh pembelian batu bara, termasuk pembelian dari Indonesia," jelasnya saat dihubungi kumparan, Sabtu (10/5).
Mantan Staf Khusus Kementerian ESDM itu juga menyebutkan jika perang antara kedua negara di Asia Selatan itu berkepanjangan, maka permintaan batu bara akan berpotensi menurun.
"Kalau perang India dan Pakistan akan berlangsung lama, maka tentunya permintaan India pasti akan menurun," lanjut Irwandy.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor batu bara Indonesia ke India mencapai 25,5 juta ton sepanjang kuartal I 2025, menjadi negara tujuan ekspor terbesar dan mengalahkan China dengan volume 16,59 juta ton pada periode yang sama.
Sama halnya dengan realisasi ekspor batu bara sepanjang tahun 2024, India menempati posisi pertama negara tujuan ekspor batu bara Indonesia dengan volume 108 juta ton, diikuti China sebanyak 93 juta ton.
Sementara itu, Irwandy menyebutkan Pakistan juga mengimpor batu bara dari Indonesia, namun volumenya tidak semasif India.
"Pakistan sepertinya impor batu baranya tidak besar dari Indonesia. Ekspor ke Pakistan melalui importir terbesar di Pakistan hanya 600 ribu ton, belum dapat data dari importir lainnya," ungkap Irwandy.