
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Hilman Latief, mendorong penerapan sistem One Syarikah One Kloter agar jemaah Indonesia tidak lagi tercecer saat keberangkatan haji gelombang II.
“Kami mendorong untuk menentukan kloter di sana yang berbasis syarikah dengan hotel terdekat dengan menerapkan prinsip One Syarikah One Kloter secara ketat mulai gelombang II. Ini sudah kita lakukan,” kata Hilman saat rapat bersama Komisi VIII DPR RI, Senin (19/5).
Menurutnya, jika merujuk pada jadwal keberangkatan kelompok terbang jemaah pekan ini, sebagian besar telah berada dalam satu kloter yang diurus oleh satu syarikah.
“Jadi kalau kita lihat Bapak-Ibu di minggu ini, isi pesawat 494 itu satu syarikah semua Pak dan itu pasti satu hotel semua,” lanjutnya.
Namun, ia mengakui masih ada kasus jemaah maupun petugas yang terpisah. Menurutnya, ini merupakan imbas proses penerbitan visa petugas yang tidak bisa dilakukan sejak awal, hal ini membuat seluruh proses penerbitan menjadi semakin molor.

“Kenapa petugas juga terpisah? Itu pertanyaannya ya. Petugas itu tidak awal-awal, tidak bisa kita visakan di awal. Kita tahu bahwa petugas itu mendapatkan tambahan, itu kan di tengah-tengah, menjelang akhir Pak,” jelasnya.
Sebelumnya proses keberangkatan jemaah asal Indonesia sempat menuai polemik, banyak jemaah yang tercecer dari kloternya karena molornya proses penerbitan visa haji.
Akibatnya salam satu kloter masih ada calon jemaah haji yang tidak bisa berangkat karena visanya belum terbit. Untuk mengantisipasi kosongnya penerbangan, pemerintah pun memberangkatkan jemaah ke tanah suci berdasarkan waktu penerbitan visa.
Hal ini mengakibatkan polemik baru di mana para jemaah tercecer dari rombongan bahkan terpisah dari keluarganya.
Di satu sisi pada musim haji tahun ini, pemerintah Arab Saudi memperketat seluruh jalur masuk dengan sistem digital berbasis aplikasi Nusuk dan layanan syarikah.
Untuk itu, kini Kemenag intens berkomunikasi dengan pihak Arab Saudi untuk membantu proses masuknya jemaah Indonesia ke Makkah yang sempat tercecer dengan kloter atau syarikahnya.
“Jadi kekhawatiran Kerajaan Saudi itu adalah, kenapa intensif dengan kami, jangan sampai ada jemaah susah masuk Makkah, dan tidak bisa melaksanakan umrah wajib. Nah kan itulah kita kemarin agak stick (melekat) dengan syarikah itu, karena yang bisa menegosiasikan termasuk di penjagaan-penjagaan yang super ketat, itu adalah syarikahnya,” tuturnya.