KAWASAN Pelabuhan Labuan Bajo kian bersolek. Wilayah tersebut kini mulai mengubah rupanya menjadi salah satu destinasi wisata. Pelancong dari dalam dan luar negeri silih berganti berdatangan, memantik perputaran ekonomi masyarakat sekitar. Pengembangan tersebut merupakan salah satu bagian dari pembangunan Program Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) di Labuan Bajo.
Pembangunan dan pengembangan turut melibatkan peran dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sejak 2022 hingga 2024. LPEI mendapatkan Penugasan Khusus Ekspor (PKE) di kawasan tersebut. Setidaknya dana senilai Rp500 miliar dikucurkan untuk mendukung pengembangan kawasan Pelabuhan Labuan Bajo.
Pelaksana Tugas Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI Maqin U. Norhadi mengungkapkan, apa yang dilakukan LPEI ialah mendorong penciptaan eksositem pariwisata yang menunjang perekonomian masyarakat sekitar.
“Untuk National Interest Account (NIA/PKE) di kawasan ini kami memberikan fasilitas sebesar Rp500 miliar. Dukungan fasilitas ini merupakan kolaborasi perbankan dalam bentuk sindikasi melalui skema blended financing,” kata dia dalam taklimat media di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Kamis (10/7).
Penyaluran fasilitas tersebut, kata Maqin, terbagi ke beberapa skema, yaitu Rp100 miliar diberikan untuk membiayai Hotel Meruorah dan area komersial, Rp300 miliar untuk membiayai proyek pengembangan baru meliputi Hotel Mid-Tier, area komersial, Marina dan penunjang, dan penjaminan kredit senilai Rp300 miliar.
Dari dukungan itu, ekosistem pariwisata tercipta dan menghasilkan peningkatan PDB di kawasan tersebut menjadi Rp437,3 miliar. Melalui dukungan itu pula sebanyak 6.536 orang terserap menjadi tenaga kerja. Secara pararel, pengembangan itu disebut berhasil mengurangi tingkat kemiskinan menjadi 1.014 orang, dan meningkatkan pendapatan rumah tangga menjadi Rp1,48 triliun.
PKE yang dilakukan oleh LPEI itu, imbuh Maqin, secara spesifik mendorong peningkatan jumlah penduduk bekerja di Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 17.332 orang; menurunkan tingkat pengangguran di kabupaten yang sama sebanyak 663 orang; dan menurunkan tingkat kemiskinan di Manggarai Barati menjadi 16,74%.
“Jadi PKE ini meningkatkan kapasitas ekonomi domestik. Kita mendukung ekosistem pariwisata, mendatangkan turis. Karena kalau tidak dibangun infrastruktur yang bagus, mereka tidak akan datang. Jadi pembangunan dan pengembangan infrastruktur pariwisata ini dalam rangka mendatangkan devisa pariwisata,” jelas Maqin.
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Indonesia Ferry Properti Ferry Snyders menuturkan, pembangunan kawasan dimulai dari zona 4 yang menjadi lokasi Hotel Meruorah. Setidaknya, pengembangan kawasan kini terbagi dalam 5 zona dan masih akan terus dikembangkan.
“Pendapatan retail kami itu naik rerata 20% setiap tahun. Ini cukup signifikan. Kami saat ini berencana untuk bisa membangun komersial fase kedua. Untuk hotel sendiri pada 2023 kami berhasil membukukan revenue Rp54,4 miliar dan naik di 2024 menjadi Rp57,4 miliar,” pungkasnya. (E-4)